![]() Bapak Agus Hadome merupakan salah satu tokoh masyarakat di Kampung Sumano. Beliau adalah salah satu Change Leaders yang kami pilih untuk didampingi untuk nantinya menjadi Penggerak Lokal (Local Champions) penggerak perubahan di kampungnya. Bapak Agus sangat aktif mendukung program Penggerak dan yang paling sering diskusi dengan Penggerak. Beliau yang paling terlihat perubahannya dalam pendidikan. JIka sebelumnya Bapak Agus tidak terlalu peduli dengan pendidikan anak, saat ini Bapak Agus aktif mendorong anak untuk sekolah baik yang sekolah di kampung maupun yang di Kota Teminabuan. Seringkali Bapak Agus menguji anaknya untuk membaca dan mendampingi anak belajar membaca di rumah. Sementara untuk anaknya yang saat ini di bangku SMA di Teminabuan, Bapak Agus aktif melakukan monitoring pekembangan belajar anaknya. Setiap bulan, jika berkunjung ke Teminabuan, Bapak Agus selalu menghubungi wali kelas untuk menanyakan perkembangan belajar anaknya. Bapak Agus juga konsisten memenuhi kebutuhan anaknya di Teminabuan. Tak hanya itu, Bapak Agus juga peduli terhadap pendidikan di Kampung Sumano. Saat Penggerak akan mengadakan jam belajar tambahan di Sebua (aula tempat berkumpul masyarakat kampong), Bapak Agus berinisiatif membuat papan tulis dan diletakaan ke beberapa tempat yang biasa digunakan oleh Penggerak untuk mengajar informal sore hari. Bapak Agus bersama Penggerak juga menginisiasi adanya Taman Baca Sumano. Bapak Agus mengijinkan rumahnya digunakan untuk taman baca. Bapak Agus juga membuat dan melengkapi kebutuhan taman baca seperti rak buku, papan tulis dan memperbaiki teras rumah yang digunakan anak-anak untuk belajar dan membaca. Jika tidak ada Penggerak, Bapak Agus tetap mempersilakan anak-anak yang mau membaca buku di taman baca teras rumahnya.
Beliau juga salah satu yang paling aktif berbagi kegiatan dan ide tentang bagaimana seharusnya kegiatan pembelajaran yang dilakukan di kampung. Untuk mempengaruhi kehadiran guru, Beliau bersedia untuk mengorganisir petisi dari masyarakat kampung untuk melapor tentang kekosongan guru di kampung. Saat itu yang terjadi kehadiran mereka sangat minim; hanya datang ketika akan diadakan ujian. Saat mulai mengumpulkan petisi, ternyata guru GGD yang di kampung Sumano sudah datang. Penggerak dan Bapak Agus menunda pengumpulan petisi dan melihat komitmen guru yang hadir. Setelah itu Beliau sering memastikan dan mengajak diskusi guru GGD tentang programnya, serta membuat nyaman para Guru dengan salah satunya memberi hasil menjaring ikan kepada GGD, serta memperbaiki lampu di Kopel Guru untuk penerangan ketika rusak. Hal ini Beliau lakukan agar para Guru bisa betah tinggal di kampung dan meningkatkan kuantitas pengajaran. Di bidang ekonomi rumah tangga, Bapak Agus juga aktif belajar berkebun bersama Penggerak. Saat ini, Bapak Agus sudah mempunyai kebun. Bapak Agus juga sudah mulai belajar menanam beberapa sayuran seperti bayam, kacang panjang, dan kangkung. Bapak Agus juga pernah mencoba menanam semangka, meski dengan hasil yang kurang maksimal. Dalam melengkapi kebutuhan bertanam, Bapak Agus satu-satunya di Kampung Sumano yang secara mandiri membeli benih di Teminabuan. “saya yang dulu minta agar yayasan ini, dampingi orang Sumano untuk berkebun. Jadi hasil kebun itu bisa kasi makan anak dan istri. Sayur yang tong tanam juga itu dia bentuknya banyak. Jadi tra makan sayur itu-itu saja. Tong bisa tanam sayur kacang, sawi, ada juga kankung, terong dan tong juga bisa tanam buah semangaka dan bisa makan, anak-anak ini dong bisa rasa buah itu juga. Nanti dari hasil kebun sayur itu juga tong bisa pi jual dalam kampung sini saja dolo, banyak yang cari sayur o… jadi saya senang dengan pendampingan kebun ini. Anak guru de ajar banyak skali. Tanam itu tra boleh asal, nanti hasil tra baik”. Selain itu, bapak Agus sejauh ini cukup aktif mengikuti pendampingan lainnya yakni pelatihan laptop. Bapak Agus adalah mantan kepala kampung, namun ia mengakui bahwa tidak mahir dalam tupoksi dan pengoperasian laptop yang baginya itu penting sebagai penunjang pekerjaannya. Kapasitas bapak Agus dalam mengoperasikan laptop sudah baik. Beberapa dasar pengoperasian sudah dipahami dan dipraktekannya secara langsung. Bapak Agus mengakui dengan keberadaanya penggerak Yayasan sangat memberi dampak positif bagi kampung Sumano. Banyaknya program yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat membuatnya yakin bahwa hadirnya penggerak adalah kesempatan berharga bagi masyarakat Sumano untuk lebih banyak mau belajar, “orang Sumano ini dong harus mau belajar dari orang luar sana e, dong yang mau datang dari luar kampung trus ajar kami yang ada di kampung yang jauh begini ni. Tong beryukur anak-anak Yayasan dong bisa masuk ke kampung ni, terus ajar kami yang baik-baik. Ajar kami punya anak-anak dong yang dulu trada guru, sekarang ada, trus yang dulu buta huruf sekarang ada yang su lancar skali baca, ada juga yang balik ajar dong pung orang tua kenali huruf. Anak Yayasan juga datang ajar kami punya istri, mama dorang buat bikin kue, tahu kue enak trus ajar mama dong bajual, uang itu kalo su dapat dong juga ajar tong tabung uang, biar jang uang dia habis tempo. Dong juga ajar orang tuan dong biar tau urus anak tu baik-baik. Perhatikan anak dong pung perkembangan belajar dari sekolah dan di dalam rumah. Baik sudah anak dong sum au bantu kami banyak. Tingal deng kami juga lama-lama”. Bapak Agus pun menyadari bahwa pendampingan oleh kami dalam bidang Pendidikan dan ekonomi rumah tangga, adalah bentuk dari pemberdayaan mama-mama lokal agar mampu menghasilakan pendapatan tambahan, agar tidak terlalu bergantung hidup hanya pada perusahaan saja.
0 Comments
Leave a Reply. |
Nasia damaweSelamat datang di blog Cerita Penggerak. Enjoy it! top post
May 2020
kategori |